Wednesday, 9 March 2016

WIJATA LAKSITA | RAKSASA LAUT MENGAMUK DI PEREMPATAN AGUNG

SEPUTAR OGOH-OGOH-BALI Ogoh-ogoh menyerupai Raksasa Laut atau Monster Laut mengamuk di Perempatan Agung Desa Beng, Selasa (8/3/2016)

Keseruan pawai budaya ogoh-ogoh 2016 terlihat dari banyaknya ogoh-ogoh yang ikut meramaikan pawai dan tumpah ruah serta antusiasnya warga masyarakat Desa Beng dalam menyaksikan.

Dari ogoh-ogoh yang besar hingga anak-anak ikut dalam pawai ini untuk pelestarian budaya. Setiap ogoh-ogoh yang dibuat memiliki cerita dan tema masing-masing.

Namun ada salah satu ogoh-ogoh yang menarik perhatian dalam pawai tersebut. Ogoh-ogoh dari ST. Wijata Laksita, Banjar Adat Kelod Kauh Beng. Ogoh-ogoh seperti Raksasa atau Monster yang sedang menginjak alat berat dan mematahkan excavator.


Pada waktu pengarakan Raksasa Laut itu seakan mengamuk atau murka. Nilai seni yang sangat tinggi dari ogoh-ogoh tersebut. Ketua ST. Wijata Laksita mengungkapkan bahwa ogoh-ogoh sebagai simbol dari penolakan terhadap Reklamasi Teluk Benoa dan kemungkinan akan terjadinya Reklamasi Budaya di Bali.

Memang kami tidak bergerak dengan mendirikan Baliho besar Tolak Reklamasi....tapi kami boleh ikut menyuarakan penolakan dengan kreatifitas Ogoh-ogoh Raksasa Laut yang murka dan menghancurkan alat berat...dengan ini tetap menjaga semangat pemuda untuk terus melestarikan kebudayaan dan tradisi di Bali. Karena yang lebih menakutkan dizaman modern ini adalah Reklamasi Budaya....Kebudayaan akan tergerus oleh zaman..oleh asing dan oleh kebudayaan yang masuk dari luar tanpa fillterisasi. Semua pihak ikut terlibat untuk ikut menjaga...dan pemuda adalah ujung tombak generasi penerus pelestarian." Ungkap pria yang sibuk di komunitas pecinta alam.

Komang Sudiantara atau yang akrab di panggil Mang Zent menambahkan bahwa jiwa pemuda sebenarnya penuh dengan kreatifitas yang harus dikembangkan dan dibina, karena dengan jiwa yang penuh kreatifitas jika selalu dikekang dan disalahkan akan menimbulkan hal yang tidak baik atau berdampak negatif. 
"Ogoh-ogoh raksasa laut ini merupakan kreatifitas seni, bukan contoh kriminalitas, kami sangat bangga dengan pelaksanaan Pawai Budaya ogoh-ogoh 2016 ini, disamping meningkatkan jiwa seni dan melestarikan budaya, kami bisa lebih menjunjung tinggi kebersamaan, contohnya ngarap bareng atau tukar ogoh-ogoh dengan ST. Duta Laksana dari Banjar Kelod Kangin". Ungkap remaja yang menjadi koordinator ogoh-ogoh Raksasa Laut ini.

Dari paparan koordinator bahwa memang penolakan bisa disampaikan dengan berbagai cara baik lisan, tulisan ataupun karya seni. Berikut adalah foto-foto yang berhasil direkam pada saat pengarakan ogoh-ogoh Raksasa Laut Mengamuk.
(E64)










1 comment: