Monday 12 December 2011

Penyesalan yang Menyakitkan

Ini adalah sebuah cerita dari Ega the Imperishable, ceritanya agak sedikit ngawur tapi semoga bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman yang membaca. Terima kasih
Di suatu ketika di sebuah Universitas ternama , ada seorang pria yang bernama Ega, dia mempunyai pujaan hati yang menjadi wanita spesial dalam hatinya, namanya Susan. Gadis yang paling cantik dengan rambut panjang, kulit putih di jurusan Fakultas Sastra. Ega sudah sangat lama mengagumi gadis tersebut, ia selalu berpikir bagaimana cara untuk mendekatinya, ia bingung harus melakukan apa dan mulai dari mana,



” Susan, I call you proud
Angel without wings and can't fly
shines bright in my world
stunning girl, and smile beautifully

Your eyes is the key

To see the best world and joy life
Your heart is a deep ocean of secret
Love, lives in my life

Flowers are envy see your graceful
The Secret of wonderful
I am look like fool
Beside you, I love you full”



Ega suka menulis puisi yang ia posting  dalam Blog sederhananya,
Ia selalu menulis cerita atau dialog bagaimana akan memulai pembicaraan dengan gadis pujaannya, namun setelah bertemu di kelas ia terdiam seribu bahasa,  tak ada kata terucap dan ia gagal untuk mengungkapkan isi hatinya, untuk menghilangkan rasa malu, ia hanya berani meminjam  buku catatan Susan, Susan dengan senyum tipis memberikan buku catatan tersebut, namun aneh nya Ega tidak pernah membuka atau membaca catatan tersebut.

"Berseberang jurang terbatas waktu
sayup-sayup dingin udara membeku
singasana cinta pandangi kita
nurani bicara bibir tak bersuara

rindu hatiku beku membatu
suka dan dukaku menjerit
semua marah ingin bersorak padu
pikiran membenciku sendiri

jantung dan jam dinding adu cepat
berpacu dengan waktu hari ini
aku memandang tajam mata indah bulat
bantu aku, memulai naskah pagi

ribuan waktu aku menunggu
dan merajut butiran cinta
hingga saat hatimu hatiku bertemu
aku hanya diam seribu bahasa"

Aku titip puisi ini untukmu, gantunglah dijendela kamarmu, yang akan heningkan malam mimpimu, hingga engkau dapat merasakan rinduku yang berteman sepi.
 


Puisi selanjutnya yang ia posting di Blog sederhanya,
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dari semester satu sampai semester selanjutnya Ega hanya bisa menulis puisi dan beberapa naskah untuk dapat mempersiapkan diri  mengungkapkan isi hatinya, namun tak tahu mengapa dia hanya menjadi patung batu. Susan dengan senang hati memberi setiap catatan atau buku yang dia pinjam, walau Susan tahu Ega tak pernah membacanya.

“God, if she is my destiny
Please make us to be one
But if  she isn’t
Please organize it,
So that she will be mine”



 Doa dan harapannya agar ia diberikan kekuatan dalam menjalani hari, tanpa harus berani mengungkapkan semua isi hatinya, namun untuk membantunya memberi anugrah untuk mencurahkan semua isi hatinya lewat puisi atau sajak-sajak cinta dengan harapan Susan akan membacanya suatu saat nanti, sampai semester terakhir di Jurusan Sastra Inggris tersebut, Ega sudah posting 1000 puisi dan sjak-sajak cinta,

“can it be a proof of my love?
thousands of poems are written
millions of words are arranged
but I've never spoken it
imagination and illusion
bring me to your romance valley
wait and hoping
best time will come

that you will see signs of my true love”

Di saat mata kuliah Telaah Puisi, Ega lebih awal duduk di kelas, sambil menunggu sang pujaan hati datang, namun sampai kelas bubar Susan tak melihatkan tanda-tanda kehadirannya, Ega terlihat murung, tanpa kabar dan jawaban dari sms yang ia kirim,termenung memandang lukisan wajah Susan dalam buku khayalannya,

“Sore itu aku duduk di dataran hijau
Memandang lambaian pohon kebebasan
Menunggu matahari pulang
Menanti kebijaksanaan datang
Untuk menyambung puisi yang belum selesai
Sinar kecil muncul di kegelapan
Sinarnya semakin terang
Diiringi suara gemuruh yang berirama

Kereta roda dua turun dari langit
Pengawalnya dalam posisi

Sang bidadari melangkah kearahku
Rambutnya panjang terurai indah
Kehangatan selimuti dinginnya
Saat ia duduk di depanku
Dunianya penuh bunga
Menatapku dan melempar senyum
Angin malam mengikatnya erat
Namun tak ada pujian terucap”
Pengawalnya merangkai puisi bidadari
Puisi belum selesai saat sang kebijaksanaan datang



 Inilah sajak ke-1001 yang ia tulis namun belum ia posting, ia berharap Susan dapat membaca sajak terakhirnya. Selang berapa lama, datang teman Susan yang menyodorkan buku kepada Ega,” Hey kamu Ega kan?” Ega menjawab dengan lesu, “iya ada apa ya?”
Gadis itu menjelaskan kalau Susanlah yang menyuruhnya menyerahkan buku catatan ini kepada Ega, dan ia beharap Ega jangan mengharapkannya lagi, sebab ia sudah bahagia disana,  “dimana dia sekarang’’ tanpa menjawab pertanyaan Ega, gadis itu sudah melewati pintu kelas dan menghilang dari pandangan Ega.
Ega sangat penasaran dengan buku catatan yang selalu ia pinjam namun yang tak pernah ia baca, sampai dirumah ia langsung membuka buku tersebut dan membacanya, dari halaman pertama ia membaca tertulislah



“wonderful tonight I see your secret ocean
your heart and butterfly bless it

loves shine bright without clues
and my little angel stays in your Heaven.....
I am gonna be Novel no ending”



Puisi yang Susan ciptakan itu dengan judul Ega the Imperishable, Ega sangat takjub dengan puisi tersebut, selanjutnya ia membuka setiap lembar halaman dari buku tersebut dan semuanya adalah puisi tentang dirinya, ia mengerti bahwa betapa Susan juga sangat mencintai dirinya, Ega sangat senang dengan semua puisi tersebut, masih ada harapan untuk bersatu dengan wanita pujaannya, namun diakhir halaman ia menemukan satu puisi dengan pesan yang ditulis dengan tinta merah dan tertanda bekas tetesan air mata,

“Merangkak dibawah langit siang
Dipanggang semangat surya merajai dunia
Dibakar panas api tuk hidup mengejar surga
Aku berdoa malam hingga tak dapat tempat lagi disisi-Nya
atas doa serakahku
harap dan mimpiku
cerita perjuanganku
kaki di atas ibu
pelita hidup aku abaikan jua
hanya segores pena aku yakin
surga dihadapanku
hingga sang pelukis kata yakinkanku
ikhlaskan hati  & teguh pada ilmu
mendayung hidup hari ini
belajar dan berkarya
kunci menyambut hari kemudian”


“Ega saat kamu membaca buku catatan ini, aku sudah berada di Australia, Ibuku mengirimku kesini untuk meraih ilmu sastra yang lebih tinggi,  mungkin aku tidak akan kembali, aku sudah membaca semua puisimu, aku hanya wanita biasa yang tak sempurna, meskipun aku memiliki rasa yang sama dengan mu namun aku selalu menunggu mu untuk mengungkapkannya setiap pertemuan, dan aku menulis semua puisi ini, berharap keberaniaanmu muncul, namun kamu tak pernah membacanya,                             
Salam dari temanmu, 

Susan”.

Ega mencoba menahan tangis sedihnya, namun ia tak kuasa hingga menangis merintih...”Mengapa aku tidak membaca catatan ini dari dulu, mengapa aku baru mengetahuinya sekarang???


                                                                            *****
“Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, namun yang lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah berani untuk  menyatakan cintamu kepadanya”
                                                                            *****

No comments:

Post a Comment