Dihapus kasihan, dibuang sayang, jadi disimpan disini.
Sebuah cerita kiriman dari seseorang tentang pengalamannya.
Sudah lama aku tidak menulis, dan kini terketuk hati untuk menarikan pena di panggung sepi.
Hujan- photo :Google |
Butir - butir hujan yang jatuh membasahi tanah dan sesekali
mengenai kulitku yang sedang menyaksikan kehadirannya dari teras rumah. Hmm
hari - hari panas yang aku lalui terbayarkan dengan tetesan - tetesan air yang
membawa kesejukan entah pada hawa lingkungan sekitarku ataupun hatiku.
Entah kenapa aku begitu suka hujan, kadang aku membiarkan
begitu saja ia membasahi tubuhku dan aku bahagia berada di tengah - tengah nya.
Aku teringat satu waktu yang membuatku berterimaksih pada hujan , saat ia
menahanmu disini untuk tetap bersamaku melewati dinginnya malam kala itu. Itu
menyenangkan ,bahkan benar - benar sangat menyenangkan.
Semua yang terukir dan apa yang pena ini lantunkan masih
tentang kamu dan rindu ini juga masih tentang kamu. Aku enggak tau kenapa kamu
bisa menjadi objek yang menarik untuk dicatat oleh penaku. Bahkan kamu termasuk
pria pertama dan satu - satunya yang aku tulis. Mungkin itu keberuntunganmu. Namun tidak kali ini, bukan tentang kamu tapi tentang kebodohanku yang
tidak pernah mengerti tentang hal apapun!
Inilah kebodohanku ketika aku benar - benar tidak mampu
untuk menghadapi ketidakberdayaanku karena menyayangimu. Sungguh aku tidak
begitu tau apa aku menyayangimu atau tidak. Aku tidak bisa menjelaskan apa yang
terjadi dengan diri dan rasaku . Apa yang aku cari dari diri seorang pria semua
ada padamu, aku sudah membuang banyak waktu dan hal hanya sekedar untuk melihat
wajahmu. Ini bukan aku bukan aku! Dulu aku tidak sebodoh ini, perempuan idealis
. Aku tidak pernah keluar malam untuk hal hal tidak penting, saat aku menyukai
seseorang aku selalu menyertakan logika ku. Mereka bilang aku unik.
Entah kenapa pertemuan kita merubah banyak hal dari diriku.
Hal yang dulunya aku kutuk kini aku lakukan. Bukan magsudku aku menjadi lebih
buruk, tidak!
Saat ini aku merasa bahwa itu hal lama yang harus aku terima
, yang harus aku tau. Aku katakan kamu hebat! Kamu hebat membuat perempuan
dengan jiwa yang keras ini menjadi tidak berdaya.
Bahkan ketika semua hal yang sepertinya memintaku untuk
pergi tapi aku tetap disini menunggu line atau bbm undanganmu untuk datang ke
sana. Bahkan setelah cerita cerita tentang perempuan yang silih berganti kamu
khianati. Aku tidak peduli! Bahkan ketika aku sedang bersamamu dan tiba tiba
ada perempuan yang kini mengisi kekosongan statusmu. Aku masih menunggu
"Saat kamu menggunakan rasa maka kamu akan merasakan
perihnya"
Itulah yang aku alami.
Aku tidak tau kapan tepatnya aku menganggap penting arti
hadirmu. Tapi semenjak hal itu terjadi aku malah menjadi tak karuan. Aku tidak
tau semacam rasa apa yang aku rasakan.
Kini kita sudah agak menjauh, aku berusaha
mensyukuri itu. Aku menulis karangan ini pada periode yang berbeda seperti aku ingin mengukur kadar
"rasaku" padamu , lalu merangkai nya . Tapi kamu tahu rasa yang aku
alami semakin besar . Ya , aku gagal
Dan aku tidak bisa mengatakan hal apapun tentang rasaku, aku
malu mengakuinya.
"Bersamamu aku melakukan hal yang belum pernah aku
lakukan , dan aku mendapatkan hal yang belum pernah jua aku rasakan"
Senja
Senja ini aku mendengarkan
lagu yang sedikit tidaknya mengungkapkan apa yang aku rasakan, lirik nya
sederhana tapi mengena
"Dikala hati resah
Seribu ragu datang memaksaku
Rindu semakin menyerang
Kalaulah ku dapat membaca pikiranmu
Dengan sayap pengharapanku ingin terbang jauh
Biar awanpun gelisah
Daun daun jatuh berguguran
Namun cintamu kasih terbit laksana bintang
Yang bersinar cerah menerangi jiwaku
Andaikanku dapat mengungkapkan perasaanku
Hingga membuat kau percaya
Akan ku berikan seutuhnya rasa cintaku
Selamanya selamanya..."
D'cinnamons
*aku harap cerita cerita selanjutnya akan berubah, tidak
tentang kamu lagi.
Penulis merahasiakan nama dan alamatnya, jadi tidak
bisa saya menampilkan identitasnya.
Namun tulisan ini sangat menyentuh hati dan berkesan.
Semoga penulis bisa selalu menarikan dan melantunkan penanya, agar selalu semangat dalam menulis.
No comments:
Post a Comment