Sunday 1 April 2012

Cinta Via : Bunga Terakhir

Pelangi tak akan seindah hiasan kain warna-warni disini, mengayun di setiap sudut kamarku, membentuk rangkaian sebagai tali pengikat diantara aku dan dia, berbagai jenis bunga tersenyum manis dengan wangi yang beraneka ragam, isyaratkan surga telah kugapai, disini dikamar ini. Malam penantian tak ingin kulewatkan dengan mu wahai mimpi, aku ingin terjaga menatap dia, pasangan hidupku. Karena ini adalah malam pertama dan yang terakhir sampai aku bisa kembali lagi menatapnya setelah perjalanan jauh.
Kini dia dihadapanku, bibir tipisnya menggangu pikiranku, aroma tubuhnya khas, bidadari surga memandang ku erat, dan cahaya lilin menyala ragu mengikatnya di keindahan malam saat aku dan dia menikmati keabadian cinta. Pagi menyambutku, terbangun sendiri, dia masih terlelap aku tak mampu mengusik mimpinya. Hari ini aku harus berangkat, merajut mimpi, mengukir kisah perjalanan untuk hidup yang lebih baik, bekerja di kapal pesiar adalah cita-citaku, sungguh aku tak tega meninggalkan dia sendiri disini, aku akan sangat merindukannya. Dia hanya berpesan kepadaku agar segera pulang dan jaga diri dengan baik, aku memeluknya erat, memandang wajah polosnya, aku berjanji untuk bekerja dengan giat demi dia dan anak-anak ku kelak.
Setelah 5 bulan berlalu aku berlayar, rindu yang sangat dalam kurasakan, aku ingin memandang wajah ayu nya, bercanda di pagi hari sambil menikmati teh hangat, sesekali singgah di negeri orang, aku kirimkan dia beberapa untuk kebutuhannya sehari-hari, namun aku tak pernah tahu bagaimana dengan kesehatannya, dan dia juga tidak pernah memberi kabar padaku, keyakinanku kuat akan cinta ini, tidak mungkin dia melakukan hal terendah dalam perkawinan ini, selingkuh... kata ini sering terlintas dalam benaku, mengoyak pikiranku, namun kuteguhkan hati bahwa dia hanya mencintaiku, menjaga cinta yang telah aku rajut dari SMA.
1 tahun berlalu, besok adalah pelayaran terakhir dan aku akan segera bertemu dengannya, saat yang paling aku tunggu dalam hidup, memandang senyum tipisnya.

Sampai dirumah, suasananya sedikit berubah, tampak lebih asri, sejuk kurasakan udara disini, pasti dia rajin merawat tanaman ini. Hal yang paling ingin aku ketahui adalah keadaannya, lalu apakah dia sudah hamil? Sebelum ku ketuk pintu, saudaraku keluar dengan wajah menunduk lesu, sambutan yang kurang mengesankan, aku bertanya-tanya dimana dia, mengapa dia tidak ada dirumah? Saudaraku menjelaskan kepadaku bahwa dia kini terbaring dirumah sakit, pejelasan ini semakin membuat remuk hatiku, apa yang telah terjadi dengannya. Duduk termenung memandang fotonya, seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya, wajahnya penuh dengan borok atau luka nanah yang selalu muncul setiap dibersihkan, dan dokter belum bisa memastikan jenis penyakitnya.

Aku ingin menemuinya, namun dia tidak mau bertemu dengan siapapun, dia sangat malu dengan wajahnya. Rasa ini adalah rasa cinta yang luar biasa, aku mencintainya dengan segala ketulusan hati, aku meminta saudaraku untuk membalut mataku dengan perban, berpura-pura jika aku buta, kecelakaan di kapal membuatku tidak bisa melihat selamanya. Saudaraku mengantar sampai dikamar dia yang terbaring lemas, dia memangil namaku dan bertanya keadaanku, aku mendengarnya menangis sedih, dan enggan untuk menceritakan apa yang telah terjadi,
(photo by Mr.Gooooooooogle)
kujelaskan betapa tulus aku mencintainya bukan karena wajah yang cantik, sebab apa guna wajah cantik atau buruk jika aku tak bisa melihat selamanya, aku mencintainya keseluruhan bukan hanya wajahnya. Kurasakan betapa sakitnya dia dengan keadaannya, memeluku erat. Aku menyalahkan diriku kini, apa guna harta yang melimpah, jika aku tak bisa membahagiakannya sebagai pasanganku, mungkin tak seharusnya aku berlayar, aku seharusnya menjaga dia. Penyesalan dalam hidup tak akan membantuku kini, aku merawatnya dengan mata tertutup perban. Hari-hari kulewati penuh canda dan tawa. Dokter bercerita kondisinya semakin lemah, aku sangat takut dengan keadaannya. Berharap dia akan segera sehat. Minggu 1 April 2012, saudaraku mengajaku kesuatu tempat, disinilah dia menyuruhku untuk membuka perban, saat kubuka mata kulihat tumbukan tanah dengan batu nisan bertuliskan Cinta Via, tak bisa kutangisi dia yang telah pergi, namun hatiku remuk memandang foto wajahnya dan bunga mawar putih di sampingnya.

No comments:

Post a Comment