Thursday 10 November 2011

Kapan Pesawatku Berangkat, Tuhan?

Pagi-pagi buta aku bangun, ku buka tas travelingku yang berwarna putih dengan garis kuning mengikatnya erat, Ibu menbantuku memasukan semua pakaianku yang hanya berwarna putih kuning, namun aku tidak merasa aneh dengan hal ini, yang penting hari ini, aku bisa berangkat. Duduk sebentar menghela nafas, berpikir sepertinya ada seseuatu yang aku lupakan, dan itu harus ku bawa dalam kepergianku, Ibu menyodorkan 10 uang logam berlubang, aku menatapnya tajam, apakah ia menyindirku yang tak tahu mata uang, namun ia berpesan sesuatu padaku, jika aku mau perjalanan ini lancar dan penuh kebahagiaan, jangan membawa uang banyak, sebab itu tidak penting nanti, aku mematuhinya dan mengambil logam tersebut. Saat aku buka lemari baju ku, aku temukan buku deary ku yang aku tulis sejak SMP, sepertinya masih ada waktu untuk membacanya,Ibu kembali datang padaku, kali ini ia membawa kain putih yang cukup lebar, tanpa bertanya untuk apa itu, ia menyuruhku untuk mengumpulkan semua amal perbuatan baik ku selama ini kedalam kain tersebut, memisahkannya dengan semua perbuatan , perkataan dan pemikiran jahatku dan ini aku bungkus rapat dengan kain warna kuning, dalam deary aku baca semua, dan mulai memisahkan kedua sifat baik dan burukku, semua sudah siap,, kain kuning dan putih itu sudah penuh, aku berdiri untuk menatap ibu sejenak, matanya berair, seperti menangis, aku menghampirinya dan memeluknya erat, kemana aku akan pergi dalam perjalannya ini, seperti mimpi, seperti ini adalah jalanku yang sudah digariskan oleh Tuhan, ibuku berpesan kedua kain itu adalah tiketku menuju Dunia Surga dan Neraka, jadi aku mengerti dengan semua kejadiaan ini, namun aku sudah siap jika harus pergi sekarang. Stelah melepas genggaman tangan ibu aku melangkah keluar rumah, dan seketika aku berada di tengah tempat peristirahatan kakek dan neneku, disini aku duduk sebentar mengamati situasi, disini aku melihat beberapa orang membawa kain putih dengan bungkusan besar dan ada juga yang membawa kain kuning yang besar isyaratkan tiket kemana tujuan kita setelah ini, aku membawa kain kuning, tentunya ini adalah tiket menuju neraka karena sifat yang jahat. Benar saja sesosok yang tak kukenal menghampiriku untuk menyuruhku mampir dulu di dunia Neraka, aku tidak bisa sembunyikan atau membuang kain kuning ini, dia selalu melekat padaku... tapi aku tidak boleh menyesalinya, siapa tahu juga disana aku bertemu teman-teman lama yang lebih dulu berangkat, aku sendiri disini Ibu,Ayah dan adiku tidak ada, mengapa aku terpenjara ditempat ini, sampai lama sekali aku menunggu, namun pesawat dengan nomor yang tertera pada kain kuningku belum juga berangkat, aku bertanya kepada petugas disana, ia mengecek semua dokumen perjalananku transit di neraka dan menuju Surga, setelah beberapa lama ia memberikan informasi, bahwa aku tidak termasuk dalam daftar keberangkatan, aku masuk dalam daftar tunggu, aku semakin tidak mengerti dengan semua ini, apa maksudnya dengan keadaan ini, aku terambang disini tak bisa kembali pulang, dan tak bisa berangkat menuju dunia Surga. Aku menjadi penghuni disini, arwah yang tak tau jalan, sebab aku meninggal belum pada saatnya, hanya itu penjelasan dari petugas malam, tanpa menginformasikan kisah kematianku.

No comments:

Post a Comment