Wednesday 19 October 2011

Mabuk

''Biarkan ia terbaring lemah disana, jangan ganggu dia lagi, aku sudah tidak sudi bersamanya, melihat dan bosan menasihatinya"
Mataku  perih sekali saat mendengar cacian ibu kepada adiku di tengah malam, namun aku tak bisa beranjak bangun, aku sudah sangat lelah, dan melanjutkan tidur.
Pagi pukul 7 pagi kembali aku mendengar cacian itu, dan lebih perih kurasa dari yang kemarin malam,,,,,,,,
"Ini balasanmu sebagai anak, menyakiti hati Ibu dan tak mau menurut apa kakakmu, lihat dia jadikan ia tauladan dalam perilakumu" nasihat ibu pada adiku, ..........aku belum mengetahui apa permaslahannya kenapa adiku di marahi pagi-pagi buta, ..........."ada apa bu , ada masalah apa dengannya?'' tanyaku pelan sambil mengelus bahu ibu ku.
Adiku melihatku malu, matanya merah dan aku merasakan alkhohol setiap nafasnya.

"Ini adikmu kemarin pulang tengah malam, dan ia mabuk berat hingga muntah di kamarnya..." entah siapa teman yang ia ajak minum,"  jawab ibuku dengan nada keras. Aku membathin dalam hati, ini pertama kalinya ibu marah seperti ini karena masalah mabuk adiku. Adiku bangun, berjalan pelan melewati ku dan duduk di kursi depan meja rias,,,,,, "Kadek tidak minum banyak, kemarin karena kondisi lemah dan ajakan teman, makanya cepat muntah, padahal cuma minum 2 tegukan gelas kecil" adiku membantah.

Bapaku datang membawa secangkir kopi hangat, dan berkata" ia dia kemarin mabuk, tolong nasihati dia, kamu sebagai kakaknya mesti bisa menjaga adikmu agar tidak keluar jalur dalam pergaulan,,,,"

"Ia pak nanti saya nasihati" sahutku pendek

pukul 8 pagi, kedua oarngtuaku berangkat kerja, mereka berangkat dengan beribu kekesalan yang terparut lesu di wajahnya. Aku dan adiku dirumah, berdua saling pandang sejenak, ingin sekali aku memukul kepalanya agar ia mau mengerti dan memahami arti menata masa depan, agar tidak memiliki jalan seperti ku.

"Dengan siapa kau kemarin minum-minuman keras?'' Tidakkah kau tahu mabuk hanya mendatangkan malapetaka, bukan hal yang menghebohkan, namun malah akan menghancurkan masa depanmu" nasihatku padanya.
Adiku hanya diam dan nyengir saja, Aku takut ia marah,meskipun aku kakaknya, namun tubunya lebih besar dan jika aku dan dia bertengkar akan kembali merusak nama baik keluarga. Aku mulai untuk mereda emosi dan menahan amarahku.
"..........ah cuma minum sedikit dan ini tumben aku mabuk, tidak seperti kakak dulu,'' sahut adikku,
,,,,,,,,,,maksudmu? tanya ku,
"Ia bagaimana kehidupan kakak dulu," sebelum ia melanjukannya, aku berpaling kekamar tidur, aku tahu apa yang akan ia katakan. Itulah mengapa aku sulit untuk mengubah atau menasihatinya, semua perilaku itu ia tiru dari perilaku dan watakku dulu, aku hanya bisa bercermin dimasa lalu tentang kehidupanku. Apakah waktu yang akan mengubah kehidupnnya untuk menjadi lebih baik?

"Aku terpenjara dimasa lalu dengan pengalaman itu. Minum-minuman keras dan mabuk dijalan. Semua itu berubah dari keyakinanku akan masa depan." jelasku padanya.

Adiku pergi meninggalkanku tanpa mau menjawab satu pertanyaanku yang paling aku nanti jawabannya, : Maukah kamu kuliah melanjutkan pendidikanmu?

No comments:

Post a Comment